PNM Tanam 2.000 Bibit Bambu di Dongko, Dorong Konservasi dan Ekonomi Hijau
Program ini
melibatkan berbagai elemen, mulai dari Bappeda Trenggalek, Camat Dongko, CDK
Trenggalek, LMDH, Koramil, Polres Dongko, hingga kelompok tani pemuda setempat.
Penanaman diawali seremoni di Sekretariat Laskar Bumi, dilanjutkan penyerahan
sertifikat penghargaan bagi anggota kelompok tani, lalu penanaman di Dusun
Klangsur, dan ditutup dengan makan siang bersama.
“Penjaga
lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh warga
negara,” ujar perwakilan Bappeda Trenggalek, Edi Santoso SE.
Menurutnya,
kegiatan ini sejalan dengan visi Kabupaten Trenggalek untuk mencapai net zero
carbon pada 2045, di mana rakyatnya makmur dan lingkungannya terjaga.
Hal senada disampaikan Camat Dongko, Ariantie Puji Astuti STP. Ia mengungkapkan penanaman bambu ini menjadi impiannya sejak lama. “Saat saya masih di PMD, sudah ketemu Mas Agus (Ketua Gapoktanhut Laskar Bumi). Saya tertarik dengan bambu, bahkan pernah diberi garam bambu. Dan hari ini impian saya terlaksana,” katanya.
Menurut Ariantie, seluruh desa di Dongko memiliki potensi bambu. Ia berharap inisiatif ini dapat diikuti oleh desa-desa lain, apalagi bambu dinilai efektif mencegah longsor di kawasan pegunungan saat musim hujan.
Perwakilan CDK Trenggalek, Slamet S.TP, MM, menambahkan bambu mampu menyerap karbon hingga 62 ton per hektare per tahun. Karena itu, ia mendorong penanaman bambu di lahan kritis, lokasi rawan longsor, serta di kiri kanan sungai.
Ketua
Gapoktanhut Laskar Bumi, Agus Supriyanto, menyebut organisasinya telah 15 tahun
mengelola dan mengolah bambu menjadi berbagai produk bernilai ekonomi, selain
menanam bambu untuk konservasi lingkungan. “Bambu dengan segenap manfaatnya
akan sangat berguna bagi konservasi hutan dan lingkungan. Di sisi lain juga
memiliki nilai ekonomi tinggi,” ujarnya.
Pimpinan PNM
Tulungagung, Fakmal Ali, menegaskan penanaman bambu ini bukan kegiatan CSR
sekali jalan. “Penanaman ini akan dilakukan secara terjadwal dan terus-menerus.
Bambu memiliki peran luar biasa dari sisi lingkungan maupun ekonomi,” katanya.
Sementara
itu, perwakilan Yayasan Mutiara Bambu, Ari Wahyono, mengingatkan pentingnya
menanam bambu demi menjaga keseimbangan alam. “Indonesia adalah negara
eksportir bambu terbesar ketiga, tetapi nilainya masih rendah dibanding
potensinya. Bambu yang kita potong hari ini sejatinya telah ditanam nenek
moyang kita sejak ratusan tahun lalu,” tegasnya. ( Fadly )
Post a Comment